Di Pojok Kamar Tempat Candu Berteduh Bapak, anakmu menguntai layang rindu kepadamu.
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja candu seakan sempurna sudah kehidupanmu,
Indahnya
saat itu buatku melambung, di sisimu terngiang hangat nafas segar harum
tubuhmu, kau tuturkan segala mimpi mimpi serta harapanmu. Kau ingin ku
menjadi yg terbaik bagimu, patuhi perintahmu jauhkan godaan yang mungkin
ku lakukan dalam waktuku beranjak dewasa. Jangan sampai membuatku
terbelenggu jatuh dan terinjak.
Tuhan tolonglah, sampaikan sejuta rinduku untuknya, ku trus berjanji takkan khianati pintanya.
Bapak
dengarlaaaah, ku rindukan suasana basuh jiwaku, membahagiakan aku yg
haus akan kasih sayangmu, mewujudkan segala sesuatu yang pernah
terlewati.
Ingin ku gali gundukan itu, dan mencabut papan nama
setiap dukaku, biarlah nafasku memeluk tentangmu dengan Puisi-puisi
gelap menina bobokkanku. Sajak berair mata merangkulku dan merambatkan
tiap ratap disekitar gelap seolah kau utus jangkrik untuk memejamkan
lelahku Nyanyi cerita tentang dahaga merindus seolah kau titipkan
restumu lewat dingin malam menyuap, mantra-mantra penghapus basah
tatapku, tiap dendang lantun macapat mengiring sendu, seperti suara hati
yang tersampaikan padaku bahkan suara gitar berbeda saat anganku menuju
kenangmu, getar yang mencakar, melahirkan syair bak pujangga berlagu
Ini untukmu, itu buatmu, dan doa sebagai bhaktiku.
Jadi teriang dengan lagu kang Ebiet tentang rindu yang di titipkan untuk ayah..
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras namun kau tetap tabah.
Meski nafasmu kadang tersengal memikul beban yang makin saratkau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar mataharikini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar meski langkahmu kadang gemeta rkau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar mataharikini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar meski langkahmu kadang gemetar kau tetap setia.
Sambung besok lagi ae .. cuma untuk obat rindu candu .. :p
0 komentar:
Posting Komentar