728x90 AdSpace

  • LATEST NEWS

    Sabtu, 01 November 2014

    Melabuh Lambai Di Batas Temaram Malam

    Malam ini kembali aku menyepuh huruf demi huruf menjadi rangkaian aksara menghiasi lanskap hati kelu
    seperti dalam imajiku yang kulebur menjadi nafas puisi berkelakar diantara riuh hati candu yang kau lumat menjadi sepotong sajak membangun rumah baru di dadaku.
    kau telah mengurai ribuan hikayatku menanam dzikir sampai kularut bergeming pada satu telaga yaitu dermaga hati yang menyatu.
    Aku mengendapkan luka menjadi mutiara menguntainya menjadi tasbih untukmu kuharap terpahatkan marjan rindu di dinding-dinding hati kita terpaut dalam satu lambaian temaram lampu itu.
    Inilah ayat-ayat rinduku mendesirkan doa di setiap siku senyuman mutiara langkah yang gamang pada jejak kita laksana prosa cinta menunggu di rahim waktu sampai lamat-lamat kita berada di serambi penghujung petang serambi waktu. 
    Ada racun lagu duka menekur di balik jeruji hatiku seperti mengkhianati bumi, kembali kuluruhkan malam dengan aroma candu, dengan semerbaknya memenuhi ruang batas fikiran kelu.  
    Seperti terkungkung dalam belenggu aku tak mampu mengurai jeratan-jeratan yang mengikat kaki dan tanganku, hingga ku terpasung dalam muramnya kebimbangan, dalam keruhnya toya cobekan, dalam bayang bayang timbang ketidakpastian.
    aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh...
    Bumiku hangus terbakar merambat ke dinding otakku terkurapi oleh hasrat hitam "begitu bengis ruang temaram itu?" mengalir di darahku sampai kulumpuh dari pisau yang berulang menikamku. Tiada kabut abu-abu lagi di perutku sebab sudah kumuntahkan angin hitam mengandung sunyi, maka biarkan aku mengutuki kejemuan sunyi ini gunaku merenungi akhir menuju terang esok hari.
    Sebenarnya kau telah menyanyikan lagu ilalang yang kunikmati sebelum senja namun terlalu lama kumenanti
    syair-syair indah yang bersenandung lembut di telingaku, sampai kujemu dan berangkat menuju hati yang penuh teka-teki, terlalu sulit untuk mengikat benang hati yang terurai walau kita pernah mengira bisa terikat walau berada di ujung dunia.
    Selalu seperti itu aku tak mampu melawan tembang klise yang kerap aku dengar dari bibir para pelagu, hingga suatu saat nanti kau mengartikan semiotik bercak air mata di lembar puisiku yang pasti kau tahu itu mengapa aku menjadi bahan celotehmu.
    Entah berapa coretan mentahku ini yang akan memenuhi dinding dinding di berandamu..
    Biarlah apa katamu, esok aku kan kembali melarik lagu lagu rayu pada Tuhanku
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Melabuh Lambai Di Batas Temaram Malam Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top