Dikisahkan, pada
zaman Nabi Muhammad SAW, saat keluar dari rumah , beliau pasti melewati
suatu rumah seorang Yahudi yang punya kebiasaan unik, yaitu meludahi
Rasulullah dari depan rumahnya. Ini berlangsung setiap hari. YES,
EVERYDAY! Lalu apa reaksi Nabi Muhammad? Beliau hanya tersenyum kepada
orang yang meludahnya, membersihkan ludah yang menempel di badan atau
bajunya, dan pergi meninggalkan yahudi ini.
Sebelum saya
lanjutkan ceritanya, coba bayangkan bagaimana kalau kita yang ada di
posisi Rasulullah yang setiap hari diludahi? Sudah bisa dibayangkan,
mungkin setiap pagi akan ada pertandingan tinju tanpa wasit di depan
rumah Yahudi itu. Belum lagi tambahan kata-kata dari Planet Mars seperti
“kucing lo!” atau “kelinci lo!” dan teman-temannya pasti keluar semua
di situ.
Sampai pada suatu pagi ketika Nabi Muhammad SAW lewat di
depan rumah sang Yahudi, beliau heran karena tidak ada lagi ludah
terbang. Satu hari lewat, dua hari lewat, sampai di hari ketiga tetap
tidak ada ludah dari sang Yahudi. Rasulullah pun bertanya kepada para
sahabat pergi kemana si Yahudi ini, dan beliau mendapat laporan bahwa
ternyata dia sedang sakit. Reaksi spontan beliau saat mendengar Yahudi
ini sakit adalah langsung mendatangi ke rumahnya. Sesampainya, betapa
kagetnya sang empunya rumah bahwa orang yang selama ini diludahinya
setiap hari ternyata adalah orang pertama yang menjenguknya di saat dia
sakit.
Awalnya sang Yahudi ketakutan bahwa Rasulullah akan
membalas meludahi dia dikarenakan dirinya yang sedang sakit dan tidak
berdaya, bahkan akan memperlakukan lebih parah dari sekedar meludah.
Tapi apa yang disangkakannya 100% salah. Nabi Muhammad SAW datang untuk
menjenguk, bahkan kemudian beliau mendoakan sang Yahudi agar sembuh dari
penyakitnya. Doa Rasulullah itu tanpa hijab (penghalang) dan tidak
pernah tertolak. Maka tidak lama kemudian, sembuhlah sang Yahudi ini
dari sakitnya. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Sang Yahudi memeluk
erat Nabi Muhammad SAW dan menyatakan ingin masuk Islam. Dia kemudian
mengucapkan Syahadat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk
memeluk agama Islam. Asyhadu allaa ilaa ha illallaah wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah (saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah).
Luar biasa! Inilah salah satu contoh yang sangat nyata bagaimana
mengalah itu bukan untuk kalah, melainkan kemenangan yang akan didapat!
Dalam cerita ini, Nabi Muhammad boleh saja kalah dalam battle
(pertempuran kecil), namun beliau sungguh menang dalam war (perang yang
lebih besar). Apa kekalahan battle dari Rasulullah? Beliau setiap hari
diludahi oleh Yahudi tersebut. Kalau mau dilihat secara kasat mata ini
kan kalah, dalam artian Rasulullah mendapat ludah sementara sang Yahudi
tidak. Rasululah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau tahu
bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan, yaitu
tugas utamanya berada di muka bumi ini, untuk memperbaiki akhlak manusia
dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan
lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta). Lalu apa kemenangan
war Rasulullah? Jelas sekali, kemenangan Rasulullah adalah pada akhirnya
Sang Yahudi mengucapkan syahadat dan memeluk agama Islam. Inilah
kemenangan besar Nabi Muhammad SAW yang berhasil menjalankan misinya di
muka bumi yang berhasil menyiarkan syiar Islam dan membuat sang Yahudi
memeluk agama Islam atas kesadaran sendiri.
Dalam menyikapi
cerita ini, beberapa orang termasuk saya dan anda mungkin akan bilang,
“Ya jelas aja bisa sabar diludahin orang, kan beliau itu Nabi! Kalau
kita orang-orang biasa gini mana bisa tahan kalo diludahin tapi ga
bales?!” Ada benarnya. Tapi kan kalau ibarat kualitas parfum atau tas,
setelah yang namanya original kan ada yang namanya KW 1, KW 2 sampai KW
10. Ini juga sama! Kalau kita tidak bisa meneladani Nabi Muhammad 100%,
alangkah baiknya jika kita berusaha meneladani kemuliaannya sedikit demi
sedikit. Karena sudah jelas bahwa Rasulullah-lah suri tauladan yang
patut kita tiru.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)
Dalam hidup kitapun demikian, banyak
sekali kejadian yang berhubungan dengan hal ini. “You may lose the
battle but win the war” itu bisa terjadi dimana saja. Ilustrasinya
misalkan di suatu toko handphone. Ada penjual, anggaplah namanya Bapak A
dan pembeli namanya Ibu B. Target dari Bapak A sebenernya kan cuma
satu, yaitu Ibu B membeli handphone atau accessories lainnya di toko
dia. Atau mungkin bisa ditambahkan long-term target nya adalah Bu B akan
kembali lagi ke tokonya. Untuk sampai kepada target ini kan tentunya
harus ada usaha donk? Hukum alamnya mengatakan bahwa mustahil orang mau
mendapatkan sesuatu tapi dia tidak berusaha dan mengeluarkan keringat.
Istilahnya No Pain No Gain!
Pak A untuk mencapai tujuannya ini
terkadang harus mengalami battle-battle kecil. Pak A tentunya
mengharapkan Bu B ini orang yang easy going, ga banyak nanya, dan
langsung beli handphone. Enak kan kalo gitu? Iya enak kalau sesuai
perkiraan. Tapi kenyataan tidak seindah perkiraan. Ternyata Bu B ini
sangat teliti, banyak nanya, ngoceh terus, bahkan untuk hal-hal yang
udah dijelasin berulang kali dia tetep balik ke pertanyaan yang sama.
Respon dari Pak A lah yang menentukan apakah dia akan menang dalam war
atau kalah.
Kalau Pak A mau ngikutin kata hati, lebih baik dia
marahin aja Bu B karena banyak nanya tapi ga beli juga. Bahkan kalau
perlu, diusir sekalian. Kalau ini yang terjadi, berarti dalam battle
kecil Pak A menang, tapi sebetulnya dia kalah dalam perang yang lebih
besar. Bu B yang sebetulnya sudah akan mengeluarkan dompet untuk beli
handphone, akhirnya kesal dan pindah ke toko sebelah yang ternyata punya
karyawan yang lebih sabar dan siap menjelaskan setengah jam non-stop
kepada Bu B. Akhirnya Bu B luluh dan membeli handphone di toko sebelah
dan bukan tokonya Pak A.
Jadi sebaiknya yang harus dilakukan
kalau menghadapi pembeli seperti Bu B yang ngoceh terus dan banyak
nanya, yaudah telen aja ocehannya mentah-mentah selama masih dalam batas
wajar. Tapi dalam hati tetep bilang, “Silahkan lo ngoceh-ngoceh
sekarang, tapi gw bakal buat lo beli handphone gw!” Kalau akhirnya Ibu B
beli, berarti Pak A menang war karena memang tujuan penjual adalah
menjual barang dagangan.
Hal ini berlaku untuk semua aspek
kehidupan, baik itu untuk karir, persahabatan sampai percintaan hehe..
Contoh lainnya adalah hal yang sangat lumrah jika tidak semua orang
menyukai kita. Siapapun dia, dari mulai tukang sapu sampai menteri,
pasti saja ada orang-orang yang tidak suka. Entah apapun itu alasannya.
Tidak akan ada gunanya untuk meyakinkan orang yang tidak suka kepada
kita agar menjadi suka, karena memang hanya akan menghabiskan waktu saja
dan mungkin kita akan terlihat sedikit “gila”. Tapi saran saya cobalah
untuk tetap berbuat baik terhadap orang yang tidak suka kepada kita.
Berbuat baik bukan berarti kita memohon-mohon dan meminta dia supaya
jangan membenci kita. Tapi lebih kepada kita menolong dia kalau ada
perlu dan lain lain. Pada akhirnya, biasanya, orang yang membenci kita
bisa jadi menjadi teman. Jadi janganlah terlalu membenci musuhmu karena
bisa menjadi orang yang paling engkau cintai. Ini adalah cara bagaimana
kita bisa memenangi sebuah war meskipun kalah dalam battle.
Selain itu, berlaku baik terhadap sesama juga merupakan suatu kewajiban
yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an (QS. An-Nahl : 90)
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan
berlaku baik.”
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa
terkadang untuk mencapai suatu tujuan, kita tidak harus selalu berjalan
maju ke depan. Ada kalanya kita berhenti sejenak untuk melihat situasi,
ada kalanya kita bergeser ke kanan sebentar dan ada kalanya kita mundur
ke belakang untuk sementara waktu sebelum melangkah maju ke depan lagi.
Inilah yang saya sebut strategi “you may lose the battle but win the
war”, yaitu keadaan dimana kita harus mengalah sementara waktu untuk
suatu kemenangan yang lebih besar. Prove it!
0 komentar:
Posting Komentar